Mengapa tragedi Palestina
tidak pernah terekspose?
Setiap kali mendengar nama Palestina hanyalah air mata yang menetes di pelupuk mata, bagaimana tidak.
mereka yang mengatasnamakan dirinya orang-orang yang beradab, orang-orang intelektual terkemuka, manusia-manusia modern yang mengedepankan hak asasi manusia, yang membuat
perdamaian di muka bumi semuanya diam, semuanya membisu, semuanya bungkam melihat kenyataan
yang memilukan, melihat kenyataan yang mencabik-cabik nurani setiap manusia yang masih mempunyai hati.
Ya Allah sampai kapankan ujian saudara kami akan berakhir?
Masih ingat bagaimana media massa dan elektronik memberitakan kejadian Palestina dan Israel sangat-sangat tidak seimbang, timpang, kalau tidak mau disebut-sebut menutupi fakta. masih jelas dalam ingatan kita bagaimana mereka mempublikasikan dengan besar-besaran ketika delapan orang sipil Israel mati terkena roket Intifadha. mereka dituduh teroris yang harus dimusnahkan dari muka bumi, mereka dituduh ekstrimis, radikal, suka membunuh dan seterusnya.
Sementara ratusan bahkan ribuan orang palestina, wanita, anak-anak, orang tua meregang nyawa setiap harinya mereka ditembak, dibayonet, dibantai secara sadis oleh Israel tetapi tak satupun yang terekspos?? rumah sakit mereka bombardir, sekolahan mereka tembaki...ya Palestina ibarat ladang pembantaian binatang setiap harinya. tapi mengapa dunia diam? mengapa dunia menutup mata?
sebab hampir seluruh media massa dan elektronik terkemuka di dunia ini milik Yahudi, sehingga sebagai corong sekaligus pembentuk image mata dunia mereka sangat pandai menggunakan powernya untuk tujuan busuk mereka itu.
Pandangan Zionis bahwa kembalinya orang Yahudi ke Palestina merupakan sebuah “tujuan suci” dan bahwa perang yang dilancarkan untuk mencapai tujuan ini adalah sebuah “perang suci.” Gagasan ini memainkan peran penting dalam pendidikan orang-orang Israel. Menurut fakta yang ada, pemimpin-pemimpin utama Israel ada kalanya memberikan pandangan mereka bahwa anak-anak harus disuruh menjalani suatu pendidikan “Zionis.” Misalnya, Menteri Pendidikan Israel Limor Livnat memberikan pernyataannya tentang salah satu dari hari-hari terkeras selama Intifadah al-Aqsa bahwa “mengingat keadaan ini, anak-anak bangsa diminta untuk menerima pendidikan Zionis-Yahudi” dan bahwa “Sekolah-sekolah adalah bagian dari keamanan internal negara Israel."27 Perjanjian Lama mempunyai satu tempat khusus dalam sistem pendidikan ini, yang dirancang para Zionis untuk berpusat pada ayat-ayat tertentu. Kitab ini mengajak dengan penuh kebanggaan untuk melakukan tindakan kejam yang dilakukan (atau harus dilakukan) oleh Bani Israel, dibawah pimpinan Yosua, atas pribumi Palestina.
Dalam karya klasiknya The Case of Israel: A Study of Political Zionism, Roger Garaudy menerangkan sikap tersebut seperti berikut:
Menurut pihak berwenang Israel, anak-anak harus diajarkan ideologi Zionis dari usia muda. Akibatnya, anak-anak dibesarkan dengan keyakinan bahwa mereka memiliki ras unggul. Perlakuan brutal tentara Israel atas warga Palestina adalah akibat langsung ajaran ini. |
Kitab Yosua, yang seringkali diejawantahkan hari ini oleh para rabbi tentara di Israel untuk menganjurkan perang suci, dan juga dalam banyak pengajaran-pengajaran sekolah, bersandar pada keharusan sakral adanya pemusnahan atas penduduk yang ditaklukkan, menumpas dengan “mata pedang” segala sesuatu “baik laki-laki maupun perempuan, baik tua maupun muda,” (Yosua, 6:21), seperti kita baca dalam cerita Jericho dan begitu banyak kota-kota lainnya.28
Perilaku yang ditunjukkan tentara-tentara Israel yang dibina dengan gagasan seperti ini sejalan dengan sikap ini. Saat ini dalam pendudukan Palestina, kejadian-kejadian mengerikan telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari: Bayi berusia 18 bulan yang meninggal di tempat tidurnya ketika rumah-rumah mereka diserang oleh tembakan helikopter Israel, gadis remaja yang bekerja di kebun zaitun tertembak dan terbunuh tanpa alasan apa pun, dan anak-anak yang kembali ke rumahnya dari sekolah dengan luka dan lumpuh seumur hidupnya. Sistem pendidikan Zionis adalah akar dari masa tak berprikemanusiaan dan menghalalkan semua cara ini. Penelitian menunjukkan bahwa pendidikan dan cuci otak ini sangat berhasil guna. Dalam sebuah pengujian yang dilakukan oleh ahli psikologi Tel Aviv University G. Tamarin, sebuah pernyataan yang menggambarkan pembantaian Jericho dari Kitab Yosua dari Perjanjian Lama dibagi-bagikan kepada murid-murid kelas empat dan delapan. Mereka ditanya: “Anggaplah Tentara Israel menduduki sebuah desa Arab dalam sebuah pertempuran. Apakah kalian berpikir perlu, atau tidak, untuk bertindak melawan para penduduk seperti yang dilakukan Yosua kepada penduduk Jericho?” Jumlah yang menjawab “Ya” beragam dari 66% hingga 95% menurut sekolah yang didatangi atau kibbutz atau kota tempat anak-anak tinggal...lebih lanjut klik berikut : http://www.tragedipalestina.com/terorzionis.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar